Kamis, 11 Oktober 2012

Laporan Praktikum Fisiologi Tumbuhan “PENENTUAN TEKANAN OSMOSIS CAIRAN SEL”


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
            Fisiologi tumbuhan adalah ilmu tentang proses-proses faal/fungsi fisiologis tumbuhan. Ada banyak pembahasan dalam fisiologi tumbuhan, salah satu diantaranya adalah potensial air jaringan tumbuhan. Air merupakan salah satu zat yang sangat penting bagi reaksi biosfer yang terjadi di atmosfer, termasuk reaksi internal dalam jaringan tumbuhan. air pada jaringan tumbuhan memiliki potensial.
            Proses difusi dan osmosis sangat erat kaitannya dengan pengukuran potensial air jaringan tumbuhan. Difusi merupakan perpindahan zat terlarut, dari konsentrasi yang lebih tinggi menuju ke konsentrasi yang lebih rendah. Osmosis merupakan difusi air melalui membran semipermeabel. Mekanisme difusi osmosis berguna dalam transpor zat dan osmoregulasi, dalam hal ini kesetimbangan zat-zat (konsentrasi) di dalam sel dan di luar sel. Pada mekanisme osmosis, terjadi perbedaan konsentrasi garam-garaman pada dua ruang, ini adalah mekanisme sel mempertahankan keseimbangan garam-garaman tersebut, dengan jalan melewatkan/melalui air, menuju ke ruang yang memiliki konsentrasi garam-garaman yang lebih banyak, karena garam-garaman tersebut tidak mampu melalui membran sel yang semi permeabel. Hanya air dan ion garam-garaman tertentu yang dapat melalui membran sel.
            Tumbuhan akan berkembang secara normal dan tumbuh subur serta aktif apabila sel-selnya dipenuhi dengan air, berhubung air berfungsi sebagai medium berbagai reaksi kimiawi sel. Suatu ketika apabila waktu perkembangannya, tumbuhan kekurangan suplai air, maka kandungan air dalam tumbuhan menurun dan laju perkembangannya yang ditentukan oleh laju semua fungsi-fungsi yang juga menurun. Jika keadaan kekeringan ini berlangsung lama, maka dapat mematikan tumbuhan.
Peristiwa difusi dan osmosis juga terjadi dalam mekanisme kerja tubuh tumbuhan. Sel tumbuhan tersusun atas dinding sel, membran sel, sitoplasma dan organel-organel lainnya. Dinding sel umumnya tersusun atas selulosa yang sifatnya permeabel, berbeda dengan membran plasma yang bersifat semi permeabel. Membran sel yang secara struktural tersusun atas dwilapis membran ini mampu mengatur secara selektif aliran cairan dari lingkungan suatu sel ke dalam dan juga sebaliknya.
Suatu sel tumbuhan, apabila diletakkan pada suatu larutan dengan konsentrasi lebih tinggi daripada konsentrasi dalam sel, maka air dalam sel akan keluar menuju larutan yang konsentrasi pelarutnya lebih rendah. Karena sifat dari dinding sel yang permeabel maka ruang antara membran plasma dan dinding sel akan diisi larutan dari luar. Peristiwa ini berlangsung terus menerus sampai dicapai titik keseimbangan antara konsentrasi di dalam dan di luar sel. Hal ini menyebabkan protoplasma yang kehilangan banyak air akan menyusut volumenya sampai akhirnya akan terlepas dari dinding sel. Peristiwa inilah yang disebut dengan plasmolisis.
Plasmolisis dapat diredam dengan tenaga yang disebut sebagai tekanan osmotik dengan besar tekanan osmotik sama dengan konsentrasi larutannya. Untuk mengetahui nilai tekanan osmotik dapat digunakan metode plasmolisis. Dalam masalah ini juga terdapat beberapa istilah penting yang saling berhubungan yaitu potensial air (PA), potensial osmotik (PO) dan potensial turgor (PT).
Oleh karena difusi dan osmosis merupakan pokok bahasan yang sangat mendasar dan penting dalam fisiologi tumbuhan, sehingga maka perlu diadakan praktikum khusus mengenai difusi dan osmosis, utamanya mengenai potensial air jaringan tumbuhan unit 1 praktikum fisiologi tumbuhan. Berdasarkan latar belakang diatas maka kami melakukan percobaan dan menyusun sebuah laporan dengan judul “PENENTUAN TEKANAN OSMOSIS CAIRAN SEL”.

B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimanakah pengaruh konsentrasi larutan sukrosa terhadap prosentase sel yang mengalami plasmolisis?
2.      Berapakah konsentrasi larutan sukrosa yang menyebabkan 50% dari jumlah sel yang mengalami plasmolisis?
3.      Berapakah nilai tekanan osmosis cairan sel dengan metode plasmolisis?

C.    Tujuan
1.      Menjelaskan pengaruh konsentrasi larutan sukrosa terhadap prosentase sel yang mengalami plasmolisis.
2.      Mengidentifikasi konsentrasi larutan sukrosa yang menyebabkan 50% dari jumlah sel yang mengalami plasmolisis.
3.      Menghitung nilai tekanan osmotik cairan sel dengan metode plasmolisis.











BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A.    Potensial Air
            Dalam tanah dan tubuh tumbuhan tingkah laku dan pergerakan air didasarkan atas suatu hubungan energi potensial. Air mempunyai kapasitas untuk melakukan kerja, yaitu akan bergerak dari daerah dengan energi potensial tinggi ke daerah dengan energi potensial rendah. Energi potensial dalam sistem cairan dinyatakan dengan cara membandingkannya dengan energi potensial air murni. Secara kimia, air dalam tumbuhan dan tanah biasanya tidak murni itu disebabkan oleh adanya bahan terlarut dan secara fisik dibatasi oleh berbagai gaya, seperti gaya tarik-menarik yang berlawanan, gravitasi, dan tekanan. Maka dari itu energi potensialnya lebih kecil dari pada energi potensial air murni (Gardner, 1991).
            Potensial air merupakan energi yang dimiliki air untuk bergerak atau untuk mengadakan reaksi. Dengan kata lain, potensial air merupakan tingkat kemampuan molekul-molekul air untuk melakukan difusi. Pada potensial air, air bergerak dari potensial tinggi ke potensial rendah (dari larutan encer ke larutan pekat, larutan encer lebih banyak mengandung air daripada larutan pekat).
            Dalam fisiologi tumbuhan, potensial kimia air atau potensial air (PA) merupakan konsep yang sangat penting. Ralph O. Slatyer (Australia) dan Sterling A Taylor (Utah State University) pada tahun 1960, mengusulkan bahwa potensial air digunakan sebagai dasar untuk sifat air dalam sistem tumbuhan-tanah-udara. Potensial air merupakan sesuatu yang sama dengan potensial kimia air dalam suatu sistem, dibandingkan dengan potensial kimia air murni pada tekanan atmosfir dan suhu yang sama. Mereka menganggap bahwa PA air murni dinyatakan sebagai (0) nol (merupakan konvensi) dengan satuan dapat berupa tekanan (atm, bar) atau satuan energi. Difusi air melintasi membran semipermeabel dinamakan osmosis. Molekul air dapat berdifusi secara bebas melintasi membran, dari larutan dengan gradien konsentrasi larutan rendah ke larutan dengan gradien konsentrasi larutan tinggi (Ismail, 2006).
            Status energi bebas air adalah suatu pernyataan potensial air, suatu ukuran daya yang menyebabkan air bergerak kedalam suatu sistem, seperti jaringan tumbuhan, jaringan tumbuhan, tanah atau atmosfir, atau suatu bagian dari bagian lain dalam suatu sistem. (Ismail, 2009).
1.      Difusi
            Difusi adalah pergerakan molekul atau ion dari dengan daerah konsentrasi tinggi ke daerah dengan konsentrasi rendah. Laju difusi antara lain tergantung pada suhu dan densitas (kepadatan) medium. Gas berdifusi lebih cepat dibandingkan dengan zat cair, sedangkan zat padat berdifusi lebih lambat dibandingkan dengan zat cair. Molekul berukuran besar lebih lambat pergerakannya dibanding dengan molekul yang lebih kecil.
            Pertukaran udara melalui stomata merupakan contoh dari proses difusi. Pada siang hari terjadi proses fotosintesis yang menghasilkan O2 sehingga konsentrasi O2 meningkat. Peningkatan konsentrasi O2 ini akan menyebabkan difusi O2 dari daun ke udara luar melalui stomata. Sebaliknya konsentrasi CO2 di dalam jaringan menurun (karena digunakan untuk fotosintesis) sehingga CO2 dari udara luar masuk melalui stomata. Penguapan air melalui stomata (transpirasi) juga merupakan contoh proses difusi. Di alam, angin, dan aliran air menyebarkan molekul lebih cepat di banding dengan proses difusi.

2.      Osmosis
            Osmosis merupakan difusi air yang melintasi membran semipermeabel dari daerah dimana air lebih banyak ke daerah yang lebih sedikit . Osmosis sangat ditentukan oleh potensial kimia air atau potensial air, yang menggambarkan kemampuan molekul air untuk dapat melakukan difusi. Sejumlah besar volume air akan memiliki kelebihan energi bebas daripada volume yang sedikit, di bawah kondisi yang sama. Energi bebas zuatu zat per unit jumlah, terutama per berat gram molekul (energi bebas mol-1) disebut potensial kimia. Potensial kimia zat terlarut kurang lebih sebanding dengan konsentrasi zat terlarutnya. Zat terlarut yang berdifusi cenderung untuk bergerak dari daerah yang berpotensi kimia lebih tinggi menuju daerah yang berpotensial kimia lebih kecil (Ismail, 2006).
            Osmosis adalah difusi melalui membran semipermeabel. Contoh proses osmosis adalah masuknya larutan ke dalam sel-sel endodermis. Dalam tubuh organisme multiseluler, air bergerak dari satu sel ke sel lainnya dengan bebas. Selain air, molekul-molekul yang berukuran kecil seperti O2 dan CO2 juga mudah melewati membran sel. Molekul-molekul tersebut akan berdifusi dari daerah dengan konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah. Jika telah mencapai keseimbangan konsentrasi zat di kedua sisi membran maka proses osmosis akan berhenti. (Anonim, 2009).
            Struktur dinding sel dan membran sel berbeda. Membran memungkinkan molekul air melintas lebih cepat daripada unsur terlarut, dinding sel primer biasanya sangat permeable terhadap keduanya. Memang membran sel tumbuhan memungkinkan berlangsungnya osmosis, tapi dinding sel yang tegar itulah yang menimbulkan tekanan. Sel hewan tidak mempunyai dinding, sehingga bila timbul tekanan didalamnya, sel tersebut sering pecah, seperti yang terjadi saat sel darah merah dimasukkan dalam air. Sel yang turgid banyak berperan dalam menegakkan tumbuhan yang tidak berkayu (Salisbury, 1995).
            Osmosis dapat dicegah dengan menggunakan tekanan. Oleh karena itu, ahli fisiologi tanaman lebih suka menggunakan istilah potensial osmotik yakni tekanan yang diperlukan untuk mencegah osmosis. Jika anda merendam bengkoang ke dalam larutan garam 10% maka sel-selnya akan kehilangan rigiditas (kekakuannya). Hal ini disebabkan potensial air dalam sel bengkoang tersebut lebih tinggi dibanding dengan potensial air pada larutan garam sehingga air dari dalam sel akan keluar ke dalam larutan tersebut. Jika diamati dengan mikroskop maka vakuola sel-sel bengkoang tersebut tidak tampak dan sitoplasma akan mengkerut dan membran sel akan terlepas dari dindingnya. Peristiwa lepasnya plasma sel dari dinding sel ini disebut plasmolisis.
            Dalam proses osmosis terdapat beberapa komponen penting yaitu Potensial Air (PA) dan Potensial Tekanan (PT), selain itu terdapat pula komponen lain yang juga penting yaitu Potensial Osmotik (PO). Hubungan antara nilai Potensial Air (PA), Potensial Tekanan (PT) dan Potensial Osmotik (PO) adalah :
PA = PO + PT
Jika konsentrasi antara lingkungan di dalam sel dan di luar sel telah mencapai keseimbangan maka sudah tidak ada lagi potensial tekanan yang terjadi. Oleh karena itu persaman diatas menjadi :
PA = PO
Keterangan :
PA = Potensial Air
PO = Potensial Osmotik
3.      Plasmolisis
            Plasmolisis adalah suatu proses lepasnya protoplasma dari dinding sel yang diakibatkan keluarnya sebagian air dari vakuola (Salisbury and Ross, 1992).       Menurut Tjitrosomo (1987), jika sel dimasukan ke dalam larutan gula, maka arah gerak air neto ditentukan oleh perbedaan nilai potensial air larutan dengan nilainya didalam sel. Jika potensial larutan lebih tinggi, air akan bergerak dari luar ke dalam sel, bila potensial larutan lebih rendah maka yang terjadi sebaliknya, artinya sel akan kehilangan air. Apabila kehilangan air itu cukup besar, maka ada kemungkinan bahwa volume sel akan menurun demikian besarnya sehingga tidak dapat mengisi seluruh ruangan yang dibentuk oleh dinding sel. Membran dan sitoplasma akan terlepas dari dinding sel, keadaan ini dinamakan plasmolisis. Sel daun Rhoeo discolor yang dimasukan ke dalam larutan sukrosa mengalami plasmolisis. Semakin tinggi konsentrasi larutan maka semakin banyak sel yang mengalami plasmolisis.
            Membran protoplasma dan sifat permeabel deferensiasinya dapat diketahui dari proses plasmolisis. Permeabilitas dinding sel terhadap larutan gula diperlihatkan oleh sel-sel yang terplasmolisis. Apabila ruang bening diantara dinding dengan protoplas diisi udara, maka dibawah mikroskop akan tampak di tepi gelembung yang berwarna kebiru-biruan. Jika isinya air murni maka sel tidak akan mengalami plasmolisis. Molekul gula dapat berdifusi melalui benang-benang protoplasma yang menembus lubang-lubang kecil pada dinding sel. Benang-benang tersebut dikenal dengan sebutan plasmolema, dimana diameternya lebih besar daripada molekul tertentu sehingga molekul gula dapat masuk dengan mudah (Salisbury, 1995).
            Keadaan volume vakuola dapat untuk menahan protoplsma agar tetap menempel pada dinding sel sehingga kehilangan sedikit air saja akan berakibat lepasnya protoplasma dari dinding sel. Peristiwa plasmolisis seperti ini disebut plasmolisis insipien. Plasmolisis insipien terjadi pada jaringan yang separuh jumlahnya selnya mengalami plasmolisis. Hal ini terjadi karena tekanan di dalam sel = 0. potensial osmotik larutan penyebab  plasmolisis insipien setara dengan potensial osmotik di dalam sel setelah keseimbangan dengan larutan tercapai (Salisbury and Ross, 1992).




















BAB III
METODE PENELITIAN

  1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang kami lakukan adalah penelitian eksperimental. Hal ini karena dalam melakukan penelitian kami menggunakan beberapa variabel, antara lain variabel kontrol, varibel manipulasi dan variabel respon.  
  1. Variabel - Variabel
o   Variable Kontrol         : Panjang potongan silinder wortel, lama perendaman (t) dan jenis larutan yang    digunakan.
o   Variable Manipulasi    :     Konsentrasi larutan sukrosa (0 M ; 0,2 M ; 0,4           M ; 0,6 M ; 0,8 M ; 1,0 M)
o   Variable Respon          :     Perubahan panjang potongan silinder             bengkoang.

  1. Alat Dan Bahan
Alat :
-          Gelas kimia 100 mL                                                                    6 buah
-          Gelas ukur 50 mL                                                                       1 buah
-          Alat pengebor gabus                                                                   1 buah
-          Penggaris                                                                                                1 buah
-          Pisau tajam                                                                                  1 buah
-          Pinset                                                                                          1 buah
-          Plastik                                                                                         6 buah
-          Karet gelang                                                                               6 buah

Bahan :
-          Bengkoang 2 buah
-          Larutan sukrosa 0 M ; 0,2 M ; 0,4 M ; 0,6 M ; 0,8 M ; 1,0 M    25 mL

  1. Langkah Kerja.


  1. Rancangan Percobaan
o   Menyiapkan larutan sukrosa dengan konsentrasi 0 M ; 0,2 M ; 0,4 M ; 0,6 M ; 0,8 M ; 1,0 M sebanyak 25 ml pada tiap gelas kimia.

gelasgelasgelasgelasgelasgelas
   0 M     0,2 M             0,4 M          0,6 M            0,8 M            1,0 M

o   Memilih bengkoang yang cukup besar dan baik, kemudian membuat silinder umbi bengkoang dengan alat pengebor gabus, selanjutnya umbi dipotong-potong sepanjang 2 cm.
                Untitled.jpgpenggaris                                          
o   Memasukkan 4 potong silinder bengkoang pada masing-masing gelas kimia yang berisi larutan sukrosa berbeda konsentrasi dengan rentang waktu ± 5 menit pada setiap gelas kimia. Mencatat waktu pada saat memasukkan potongan umbi dan menutup rapat gelas kimia selama percobaan untuk menghindari penguapan.

123231
    0 M   0,2 M             0,4 M            0,6 M            0,8 M            1,0 M

o   Setelah 1,5 jam, mengeluarkan setiap potongan silinder bengkoang dan mengukur kembali panjangnya.

o   Menghitung nilai rata-rata pertambahan panjang potongan silinder bengkoang pada setiap konsentrasi larutan sukrosa kemudian membuat tabel hasil pengamatan serta membuat grafik berdasarkan tabel berikut.














BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

  1. Tabel Dan Grafik
1.      Tabel
Tabel pengaruh konsentrasi larutan sukrosa terhadap terhadap perubahan panjang potongan jaringan umbi bengkoang.
Konsentrasi larutan
(M)
Panjang awal
(cm)
Panjang akhir (cm)
Pertambahan panjang
(cm)
Rata-rata pertambahan panjang (cm)
0
2

2,3
0,3
2,3
0,2
2
2,2

0,2
2,2
0,4
2
2,1

0,1
1,9
0,6
2

2,1

0,1
2,2
0,8
2

1,9

-0,1
1,9
1,0
2

1,8

-0,2

1,8


2.      Grafik
Grafik Hubungan Antara Konsentrasi Larutan Sukrosa Dengan Pertambahan Panjang Potongan Silinder Bengkoang

  1. Analisa Data
Berdasarkan data tabel dan grafik yang telah diperoleh melalui percobaan penentuan potensial air jaringan tumbuhan maka data tersebut dapat dianalisa sebagai berikut :
-          Setelah direndam pada konsentrasi larutan sukrosa 0 M, potongan silindris umbi bengkoang mengalami pertambahan panjang sebesar 0,3 cm.
-          Setelah direndam pada konsentrasi larutan sukrosa 0,2 M, potongan silindris umbi bengkoang rata-rata mengalami pertambahan panjang sebesar 0,2 cm.
-          Setelah direndam pada konsentrasi larutan sukrosa 0,4 M, potongan silindris umbi bengkoang rata-rata mengalami pertambahan panjang sebesar 0,1 cm.
-          Setelah direndam pada konsentrasi larutan sukrosa 0,6 M, potongan silindris umbi bengkoang rata-rata mengalami pertambahan panjang sebesar 0,1 cm.
-          Setelah direndam pada konsentrasi larutan sukrosa 0,8 M, potongan silindris umbi bengkoang rata-rata mengalami pertambahan panjang sebesar -0,1 cm.
-          Setelah direndam pada konsentrasi larutan sukrosa 1 M, potongan silindris umbi  bengkoang rata-rata mengalami pertambahan panjang sebesar -0,2 cm.
Dari analisis data di atas maka dapat diketahui bahwa perubahan panjang potongan silinder umbi bengkoang yang paling besar terjadi pada larutan sukrosa dengan konsentrasi 0 M yaitu sebesar 0,3 cm. Konsentrasi yang menyebabkan perubahan panjang (negatif) potongan silinder bengkoang adalah 1 M. Nilai potensial air yang diperoleh melalui perhitungan yaitu sebesar -1,19084.
  1. Pembahasan
Pada percobaan penentuan potensial air jaringan tumbuhan yang telah dilakukan di Laboratorium Fisiologi Tumbuhan diketahui bahwa pada larutan sukrosa 0 M terjadi pertambahan panjang potongan silinder bengkoang yang lebih besar dibanding dengan larutan sukrosa yang lain. Hal ini apabila dibandingkan dengan dengan pertambahan panjang yang terjadi pada potongan silindris bengkoang pada larutan sukrosa dengan konsentrasi yang lebih pekat maka akan terjadi kesesuaian dengan teori yang ada, yaitu karena potensial air pada larutan lebih tinggi daripada potensial di dalam potongan silinder bengkoang sehingga air mengalir masuk dari larutan ke dalam sel bengkoang.
Ketika kita membandingkan dengan larutan yang konsentrasinya lebih rendah yaitu pada konsentrasi 0 dan 1 M ternyata didapatkan data analisa yang sesuai dengan kajian teori. Hasil yang di dapat untuk larutan dengan konsentrasi 0 M atau air murni mengalami pertambahan panjang sebesar 0,3 cm. Pada konsentrasi larutan sukrosa 1 M, potongan silinder bengkoang mengalami pertambahan panjang (negatif) sebesar -0,2.
Pada praktikum yang kami lakukan konsentrasi sukrosa yang tidak menyebabkan perubahan panjang potongan silinder bengkoang tidak kami temukan. Secara teori ketika suatu konsentrasi itu tidak menyebabkan perubahan panjang maka kemungkinan yang terjadi adalah karena potensial air (PA) di dalam potongan silinder umbi sama atau seimbang dengan potensial air (PA) yang dimiliki oleh larutan, sehingga tidak ada aliran yang masuk maupun keluar dari dan ke dalam sel. Pada percobaan yang kami lakukan  di dapatkan hasil yang sesuai dengan kajian teori karena secara teoritis air murni atau larutan 0 % akan memiliki potensial air yang lebih tinggi daripada umbi-umbian salah satunya bengkoang.
Kesesuaian data yang didapat dari hasil percobaan mengindikasikan bahwa prakatikum yang telah dilaksanakan telah berhasil. Hal seperti ini bisa terjadi dalam sebuah percobaan,  kesesuaian data yang kami dapat tentu saja dipengaruhi oleh berbagai faktor pada saat kami melakukan percobaan di laboratorium, antara lain :
1.      Memperkecil kemungkinan terjadinya human error yang dapat berupa ketidaktelitian pada saat melakukan pengukuran panjang. Hal ini dilakukan dengan cara melakukan kerja tim dengan teman sekelompok. Ketika telah tiba waktunya untuk mengambil silinder bengkoang di dalam gelas kimia, kami telah menyiapkan plastik sebagai alas dan penggaris lentur sehingga silinder bengkoang dapat segera diukur sebelum terjadinya penyusutan akibat penguapan.
2.      Memperkecil terjadinya larutan rendaman yang menguap pada saat percobaan berlangsung sehingga tidak mempengaruhi konsentrasi larutan. Hal ini dapat dilakukan dengan cara menutup gelas kimia yang menggunakan plastik kemudian diikat dengan karet gelang agar tidak terjadi penguapan yang akan berdampak pada perubahan jumlah konsentrasi larutan sukrosa.
3.      Memperkecil terjadinya penguapan cairan pada potongan silinder bengkoang, karena terdapat jeda waktu yang terlalu lama ketika melakukan pemotongan dengan ketika kita memasukkan potongan bengkoang pada masing-masing gelas kimia dengan berbagai konsentrasi larutan. Kami menempatan potongan bengkoang pada 2 cawan petri yang saling ditangkupkan, hal ini kami lakukan untuk memperkecil terjadinya penguapan sebelum kami memasukan potongan silinder bengkoang pada gelas kimia yang kami gunakan untuk percobaan.
4.      Adanya homogen pada  jaringan bengkoang yang digunakan. Hal ini sangat berpengaruh pada hasil percobaan, sehingga kami menggunakan 1 bengkoang yang besar untuk mendapatkan silinder bengkoang yang baik. Jika menggunakan 2 bengkoang yang berbeda maka akan terjadi ketidakhomogenan jaringan bengkoang yang mempengaruhi hasil percobaan.
5.      Waktu yang lama dalam percobaan sehingga memungkinkan terjadinya kesetimbangan antara larutan dan konsentrasi dalam jaringan tumbuhan.

  1. Diskusi
1.      Mengapa perlu dicari nilai konsentrasi larutan sukrosa yang tidak menyebabkan pertambahan panjang potongan silinder bengkoang dalam menentukan potensial air (PA) ?
Jawab :
Karena dalam menentukan PA perlu diketahui potensial tekanan (PT) dan potensial osmosis (PO). Dalam hal ini diketahui bahwa PT = 0 karena tidak terjadi pertambahan panjang potongan silinder bengkoang sehingga PA dapat diketahui sama dengan PO (PA = PO + PT à PA = PO + 0 à PA = PO) yang berarti pada larutan sukrosa yang tidak menyebabkan pertambahan panjang mempunyai PO yang sama dengan PA yang dimiliki oleh silinder bengkoang sehingga bengkoang tetap semula yaitu tidak terjadi keluar masuknya air kedalam sel atau sebaliknya.
2.      Mengapa nilai potensial air sel yang tidak berubah panjangnya sama dengan nilai potensial osmosis larutan sukrosa yang tidak menyebabkan pertambahan panjang umbi tersebut ?
Jawab :
Karena pada saat tidak ada pertambahan panjang silinder bengkoangkonsentrasi didalam sel dengan larutan sukrosa adalah sama, sehingga nilai PT =0 karena tidak ada tekanan balik dari sel, jadi persamaan yang semula  PA = PO + PT karena nilai PT = 0 maka menjadi PA = PO atau nilai potensial air sama dengan nilai potensial osmotik.
















BAB V
PENUTUP

A.    Simpulan
            Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
Adapun simpulan dari percobaan ini adalah :
1.      Semakin tinggi konsentrasi larutan sukrosa, maka panjang silinder bengkoang akan berkurang. Hal ini dikarenakan potensial air larutan kecil bila dibandingkan dengan potensial air pada sel bengkoang. Sehingga air dari sel bengkoang akan berpindah menuju larutan.
2.      Konsentrasi larutan sukrosa yang tidak menyebabkan pertambahan panjang potongan silinder bengkoang tidak dijumpai pada percobaan yang kami lakukan. Berdasarkan kajian teori, apabila  potensial air (PA) di dalam potongan silinder umbi sama atau seimbang dengan potensial air (PA) yang dimiliki oleh larutan, maka tidak ada aliran yang masuk maupun keluar dari dan ke dalam sel.
3.      Nilai potensial air (PA) potongan silinder bengkoang  yang diperoleh pada konsentrasi 0 M adalah -1,19084.








DAFTAR PUSTAKA


Sasmita Mihardja, Dradjat. 1996. Fisiologi Tumbuhan. Bandung ITB.
Soerodikosoemo, Wibisono dkk. 1993. Anatomi dan Fisiologi Tumbuhan. Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Sri Rahayu, Yuni dkk. 2008. Petunjuk Praktikum Fisiologi Tumbuhan. Surabaya
Soewardiati. 1991. Biologi Umum. Surabaya : Unipress IKIP Surabaya.


















LAMPIRAN


No.
Gambar
Keterangan
1.

2012-09-10 08.19.47.jpg
Foto silinder bengkoang yang diletakkan didalam 2 cawan petri yang tertutup (ditangkupkan), hal ini perlu dilakukan untuk memperkecil terjadinya penguapan.
2.

2012-09-10 08.20.41.jpg
Foto silinder bengkoang yang telah dimasukkan kedalam larutan sukrosa yang berbeda konsentrasinya. Gelas kimia yang digunakan dalam percobaan ditutup plastik dan diikat dengan karet gelang untuk memperkecil terjadinya penguapan pada larutan sukrosa.
3.






2012-09-10 08.56.59.jpg

Foto silinder bengkoang diposisikan miring, hal ini perlu dilakukan agar silinder bengkoang yang dimasukkan kedalam larutan tidak ada yang mengapung atau melayang, sehingga silinder bengkoang dipastikan dalam keadaan tenggelam didalam larutan sukrosa.

1 komentar:

  1. kadangpintar.com | The best online casino
    kadangpintar.com. KADANG PENTA. Home to the best 1xbet online casinos for real money, including bwin casino, 제왕카지노 casino, slot games, scratch cards, 온카지노 blackjack,

    BalasHapus