BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Fisiologi tumbuhan adalah ilmu
tentang proses-proses faal/fungsi fisiologis tumbuhan. Ada banyak pembahasan
dalam fisiologi tumbuhan, salah satu diantaranya adalah potensial air jaringan
tumbuhan. Air merupakan salah satu zat yang sangat penting bagi reaksi biosfer
yang terjadi di atmosfer, termasuk reaksi internal dalam jaringan tumbuhan. air
pada jaringan tumbuhan memiliki potensial.
Proses difusi dan osmosis sangat erat
kaitannya dengan pengukuran potensial air jaringan tumbuhan. Difusi merupakan
perpindahan zat terlarut, dari konsentrasi yang lebih tinggi menuju ke
konsentrasi yang lebih rendah. Osmosis merupakan difusi air melalui membran
semipermeabel. Mekanisme difusi osmosis berguna dalam transpor zat dan
osmoregulasi, dalam hal ini kesetimbangan zat-zat (konsentrasi) di dalam sel
dan di luar sel. Pada mekanisme osmosis, terjadi perbedaan konsentrasi
garam-garaman pada dua ruang, ini adalah mekanisme sel mempertahankan keseimbangan
garam-garaman tersebut, dengan jalan melewatkan/melalui air, menuju ke ruang
yang memiliki konsentrasi garam-garaman yang lebih banyak, karena garam-garaman
tersebut tidak mampu melalui membran sel yang semi permeabel. Hanya air dan ion
garam-garaman tertentu yang dapat melalui membran sel.
Tumbuhan akan berkembang secara
normal dan tumbuh subur serta aktif apabila sel-selnya dipenuhi dengan air,
berhubung air berfungsi sebagai medium berbagai reaksi kimiawi sel. Suatu
ketika apabila waktu perkembangannya, tumbuhan kekurangan suplai air, maka
kandungan air dalam tumbuhan menurun dan laju perkembangannya yang ditentukan
oleh laju semua fungsi-fungsi yang juga menurun. Jika keadaan kekeringan ini
berlangsung lama, maka dapat mematikan tumbuhan.
Peristiwa difusi dan osmosis juga terjadi dalam mekanisme
kerja tubuh tumbuhan. Sel tumbuhan tersusun atas dinding sel,
membran sel, sitoplasma dan organel-organel lainnya. Dinding sel umumnya
tersusun atas selulosa yang sifatnya permeabel, berbeda dengan membran plasma
yang bersifat semi permeabel. Membran sel yang secara struktural tersusun atas dwilapis membran
ini mampu mengatur secara selektif aliran cairan dari lingkungan suatu sel ke
dalam dan juga sebaliknya.
Suatu sel tumbuhan,
apabila diletakkan pada suatu larutan dengan konsentrasi lebih tinggi daripada
konsentrasi dalam sel, maka air dalam sel akan keluar menuju larutan yang
konsentrasi pelarutnya lebih rendah. Karena sifat dari dinding sel yang
permeabel maka ruang antara membran plasma dan dinding sel akan diisi larutan
dari luar. Peristiwa ini berlangsung terus menerus sampai dicapai titik
keseimbangan antara konsentrasi di dalam dan di luar sel. Hal ini menyebabkan
protoplasma yang kehilangan banyak air akan menyusut volumenya sampai akhirnya akan
terlepas dari dinding sel. Peristiwa inilah yang disebut dengan plasmolisis.
Plasmolisis dapat
diredam dengan tenaga yang disebut sebagai tekanan osmotik dengan besar tekanan
osmotik sama dengan konsentrasi larutannya. Untuk mengetahui nilai
tekanan osmotik dapat digunakan metode plasmolisis. Dalam masalah ini juga
terdapat beberapa istilah penting yang saling berhubungan yaitu potensial air
(PA), potensial osmotik (PO) dan potensial turgor (PT).
Oleh karena difusi dan osmosis merupakan pokok bahasan yang
sangat mendasar dan penting dalam fisiologi tumbuhan, sehingga maka perlu
diadakan praktikum khusus mengenai difusi dan osmosis, utamanya mengenai
potensial air jaringan tumbuhan unit 1 praktikum fisiologi tumbuhan. Berdasarkan
latar belakang diatas maka kami melakukan percobaan dan menyusun sebuah laporan
dengan judul “PENENTUAN TEKANAN OSMOSIS CAIRAN SEL”.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah pengaruh konsentrasi larutan sukrosa
terhadap prosentase sel yang mengalami
plasmolisis?
2. Berapakah konsentrasi larutan sukrosa yang
menyebabkan 50% dari jumlah sel yang
mengalami
plasmolisis?
3. Berapakah nilai tekanan osmosis cairan sel dengan
metode plasmolisis?
C.
Tujuan
1. Menjelaskan
pengaruh konsentrasi larutan sukrosa terhadap prosentase sel yang mengalami plasmolisis.
2. Mengidentifikasi
konsentrasi larutan sukrosa yang menyebabkan 50% dari jumlah sel yang mengalami plasmolisis.
3. Menghitung
nilai tekanan osmotik cairan sel dengan metode plasmolisis.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A.
Potensial
Air
Dalam tanah dan tubuh tumbuhan
tingkah laku dan pergerakan air didasarkan atas suatu hubungan energi
potensial. Air mempunyai kapasitas untuk melakukan kerja, yaitu akan bergerak
dari daerah dengan energi potensial tinggi ke daerah dengan energi potensial
rendah. Energi potensial dalam sistem cairan dinyatakan dengan cara
membandingkannya dengan energi potensial air murni. Secara kimia, air dalam
tumbuhan dan tanah biasanya tidak murni itu disebabkan oleh adanya bahan
terlarut dan secara fisik dibatasi oleh berbagai gaya, seperti gaya
tarik-menarik yang berlawanan, gravitasi, dan tekanan. Maka dari itu energi
potensialnya lebih kecil dari pada energi potensial air murni (Gardner, 1991).
Potensial air merupakan energi yang
dimiliki air untuk bergerak atau untuk mengadakan reaksi. Dengan kata lain,
potensial air merupakan tingkat kemampuan molekul-molekul air untuk melakukan
difusi. Pada potensial air, air bergerak dari potensial tinggi ke potensial
rendah (dari larutan encer ke larutan pekat, larutan encer lebih banyak
mengandung air daripada larutan pekat).
Dalam fisiologi tumbuhan, potensial
kimia air atau potensial air (PA) merupakan konsep yang sangat penting. Ralph
O. Slatyer (Australia) dan Sterling A Taylor (Utah State University) pada tahun
1960, mengusulkan bahwa potensial air digunakan sebagai dasar untuk sifat air
dalam sistem tumbuhan-tanah-udara. Potensial air merupakan sesuatu yang sama
dengan potensial kimia air dalam suatu sistem, dibandingkan dengan potensial
kimia air murni pada tekanan atmosfir dan suhu yang sama. Mereka menganggap
bahwa PA air murni dinyatakan sebagai (0) nol (merupakan konvensi) dengan
satuan dapat berupa tekanan (atm, bar) atau satuan energi. Difusi air melintasi
membran semipermeabel dinamakan osmosis. Molekul air dapat berdifusi secara
bebas melintasi membran, dari larutan dengan gradien konsentrasi larutan rendah
ke larutan dengan gradien konsentrasi larutan tinggi (Ismail, 2006).
Status
energi bebas air adalah suatu pernyataan potensial air, suatu ukuran daya yang
menyebabkan air bergerak kedalam suatu sistem, seperti jaringan tumbuhan,
jaringan tumbuhan, tanah atau atmosfir, atau suatu bagian dari bagian lain
dalam suatu sistem. (Ismail, 2009).
1. Difusi
Difusi adalah
pergerakan molekul atau ion dari dengan daerah konsentrasi tinggi ke daerah
dengan konsentrasi rendah. Laju difusi antara lain tergantung pada suhu dan
densitas (kepadatan) medium. Gas berdifusi lebih cepat dibandingkan dengan zat
cair, sedangkan zat padat berdifusi lebih lambat dibandingkan dengan zat cair.
Molekul berukuran besar lebih lambat pergerakannya dibanding dengan molekul
yang lebih kecil.
Pertukaran udara
melalui stomata merupakan contoh dari proses difusi. Pada siang hari terjadi
proses fotosintesis yang menghasilkan O2 sehingga konsentrasi O2
meningkat. Peningkatan konsentrasi O2 ini akan menyebabkan difusi O2
dari daun ke udara luar melalui stomata. Sebaliknya konsentrasi CO2
di dalam jaringan menurun (karena digunakan untuk fotosintesis) sehingga CO2
dari udara luar masuk melalui stomata. Penguapan air melalui stomata
(transpirasi) juga merupakan contoh proses difusi. Di alam, angin, dan aliran
air menyebarkan molekul lebih cepat di banding dengan proses difusi.
2.
Osmosis
Osmosis merupakan difusi air yang
melintasi membran semipermeabel dari daerah dimana air lebih banyak ke daerah
yang lebih sedikit . Osmosis sangat ditentukan oleh potensial kimia air atau potensial
air, yang menggambarkan kemampuan molekul air untuk dapat melakukan difusi.
Sejumlah besar volume air akan memiliki kelebihan energi bebas daripada volume
yang sedikit, di bawah kondisi yang sama. Energi bebas zuatu zat per unit
jumlah, terutama per berat gram molekul (energi bebas mol-1) disebut potensial
kimia. Potensial kimia zat terlarut kurang lebih sebanding dengan konsentrasi
zat terlarutnya. Zat terlarut yang berdifusi cenderung untuk bergerak dari
daerah yang berpotensi kimia lebih tinggi menuju daerah yang berpotensial kimia
lebih kecil (Ismail, 2006).
Osmosis adalah difusi melalui
membran semipermeabel. Contoh proses osmosis adalah masuknya larutan ke dalam
sel-sel endodermis. Dalam tubuh organisme multiseluler, air bergerak dari satu
sel ke sel lainnya dengan bebas. Selain air, molekul-molekul yang berukuran
kecil seperti O2 dan CO2 juga mudah melewati membran sel.
Molekul-molekul tersebut akan berdifusi dari daerah dengan konsentrasi tinggi
ke konsentrasi rendah. Jika telah mencapai keseimbangan konsentrasi zat di
kedua sisi membran maka proses osmosis akan berhenti. (Anonim, 2009).
Struktur dinding sel dan membran sel
berbeda. Membran memungkinkan molekul air melintas lebih cepat daripada unsur
terlarut, dinding sel primer biasanya sangat permeable terhadap keduanya.
Memang membran sel tumbuhan memungkinkan berlangsungnya osmosis, tapi dinding
sel yang tegar itulah yang menimbulkan tekanan. Sel hewan tidak mempunyai
dinding, sehingga bila timbul tekanan didalamnya, sel tersebut sering pecah,
seperti yang terjadi saat sel darah merah dimasukkan dalam air. Sel yang turgid
banyak berperan dalam menegakkan tumbuhan yang tidak berkayu (Salisbury, 1995).
Osmosis
dapat dicegah dengan menggunakan tekanan. Oleh karena itu, ahli fisiologi
tanaman lebih suka menggunakan istilah potensial osmotik yakni tekanan yang
diperlukan untuk mencegah osmosis. Jika anda merendam bengkoang ke dalam larutan
garam 10% maka sel-selnya akan kehilangan rigiditas (kekakuannya). Hal ini
disebabkan potensial air dalam sel bengkoang tersebut lebih tinggi dibanding
dengan potensial air pada larutan garam sehingga air dari dalam sel akan keluar
ke dalam larutan tersebut. Jika diamati dengan mikroskop maka vakuola sel-sel
bengkoang tersebut tidak tampak dan sitoplasma akan mengkerut dan membran sel
akan terlepas dari dindingnya. Peristiwa lepasnya plasma sel dari dinding sel
ini disebut plasmolisis.
Dalam
proses osmosis terdapat beberapa komponen penting yaitu Potensial Air (PA) dan
Potensial Tekanan (PT), selain itu terdapat pula komponen lain yang juga
penting yaitu Potensial Osmotik (PO). Hubungan antara nilai Potensial Air (PA),
Potensial Tekanan (PT) dan Potensial Osmotik (PO) adalah :
PA
= PO + PT
Jika konsentrasi antara lingkungan di
dalam sel dan di luar sel telah mencapai keseimbangan maka sudah tidak ada lagi
potensial tekanan yang terjadi. Oleh karena itu persaman diatas menjadi :
PA
= PO
Keterangan :
PA = Potensial Air
PO = Potensial Osmotik
3.
Plasmolisis
Plasmolisis
adalah suatu proses lepasnya protoplasma dari dinding sel yang diakibatkan
keluarnya sebagian air dari vakuola (Salisbury and Ross, 1992). Menurut Tjitrosomo (1987), jika sel
dimasukan ke dalam larutan gula, maka arah gerak air neto ditentukan oleh
perbedaan nilai potensial air larutan dengan nilainya didalam sel. Jika
potensial larutan lebih tinggi, air akan bergerak dari luar ke dalam sel, bila
potensial larutan lebih rendah maka yang terjadi sebaliknya, artinya sel akan
kehilangan air. Apabila kehilangan air itu cukup besar, maka ada kemungkinan
bahwa volume sel akan menurun demikian besarnya sehingga tidak dapat mengisi
seluruh ruangan yang dibentuk oleh dinding sel. Membran dan sitoplasma akan
terlepas dari dinding sel, keadaan ini dinamakan plasmolisis. Sel daun Rhoeo
discolor yang dimasukan ke dalam larutan sukrosa mengalami plasmolisis.
Semakin tinggi konsentrasi larutan maka semakin banyak sel yang mengalami
plasmolisis.
Membran protoplasma
dan sifat permeabel deferensiasinya dapat diketahui dari proses plasmolisis.
Permeabilitas dinding sel terhadap larutan gula diperlihatkan oleh sel-sel yang
terplasmolisis. Apabila ruang bening diantara dinding dengan protoplas diisi
udara, maka dibawah mikroskop akan tampak di tepi gelembung yang berwarna
kebiru-biruan. Jika isinya air murni maka sel tidak akan mengalami plasmolisis.
Molekul gula dapat berdifusi melalui benang-benang protoplasma yang menembus
lubang-lubang kecil pada dinding sel. Benang-benang tersebut dikenal dengan
sebutan plasmolema, dimana diameternya lebih besar daripada molekul tertentu
sehingga molekul gula dapat masuk dengan mudah (Salisbury, 1995).
Keadaan volume
vakuola dapat untuk menahan protoplsma agar tetap menempel pada dinding sel
sehingga kehilangan sedikit air saja akan berakibat lepasnya protoplasma dari
dinding sel. Peristiwa plasmolisis seperti ini disebut plasmolisis insipien.
Plasmolisis insipien terjadi pada jaringan yang separuh jumlahnya selnya
mengalami plasmolisis. Hal ini terjadi karena tekanan di dalam sel = 0.
potensial osmotik larutan penyebab plasmolisis insipien setara dengan
potensial osmotik di dalam sel setelah keseimbangan dengan larutan tercapai
(Salisbury and Ross, 1992).
BAB III
METODE PENELITIAN
- Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang kami lakukan adalah penelitian
eksperimental. Hal ini karena
dalam melakukan penelitian kami menggunakan beberapa variabel, antara lain variabel kontrol, varibel manipulasi dan variabel respon.
- Variabel - Variabel
o
Variable Kontrol : Panjang potongan silinder wortel, lama perendaman (t) dan jenis larutan yang digunakan.
o
Variable Manipulasi : Konsentrasi
larutan sukrosa (0 M ; 0,2 M ; 0,4 M
; 0,6 M ; 0,8 M ; 1,0 M)
o
Variable Respon : Perubahan panjang
potongan silinder bengkoang.
- Alat Dan Bahan
Alat :
-
Gelas
kimia 100 mL 6
buah
-
Gelas
ukur 50 mL 1
buah
-
Alat
pengebor gabus 1
buah
-
Penggaris 1
buah
-
Pisau
tajam 1
buah
-
Pinset 1
buah
-
Plastik 6
buah
-
Karet
gelang 6
buah
Bahan :
-
Bengkoang 2 buah
-
Larutan
sukrosa 0
M ; 0,2 M ; 0,4 M ; 0,6 M ; 0,8 M ; 1,0 M 25 mL
- Langkah Kerja.
- Rancangan Percobaan
o
Menyiapkan larutan sukrosa dengan
konsentrasi 0 M ; 0,2 M ; 0,4 M ; 0,6 M ; 0,8 M ; 1,0 M sebanyak 25 ml pada
tiap gelas kimia.
0 M 0,2 M 0,4
M 0,6 M
0,8 M 1,0 M
o
Memilih bengkoang yang cukup besar dan
baik, kemudian membuat silinder umbi bengkoang dengan alat pengebor gabus,
selanjutnya umbi dipotong-potong sepanjang 2 cm.
o
Memasukkan 4 potong silinder bengkoang
pada masing-masing gelas kimia yang berisi larutan sukrosa berbeda konsentrasi
dengan rentang waktu ± 5 menit pada setiap gelas kimia. Mencatat waktu pada
saat memasukkan potongan umbi dan menutup rapat gelas kimia selama percobaan
untuk menghindari penguapan.
0 M 0,2 M 0,4
M 0,6 M
0,8 M 1,0 M
o
Setelah 1,5 jam, mengeluarkan setiap
potongan silinder bengkoang dan mengukur kembali panjangnya.
o
Menghitung nilai rata-rata pertambahan
panjang potongan silinder bengkoang pada setiap konsentrasi larutan sukrosa
kemudian membuat tabel hasil pengamatan serta membuat grafik berdasarkan tabel
berikut.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
- Tabel Dan Grafik
1.
Tabel
Tabel
pengaruh konsentrasi larutan sukrosa terhadap terhadap perubahan panjang
potongan jaringan umbi bengkoang.
Konsentrasi
larutan
(M)
|
Panjang
awal
(cm)
|
Panjang
akhir (cm)
|
Pertambahan
panjang
(cm)
|
Rata-rata
pertambahan panjang (cm)
|
0
|
2
|
2,3
|
0,3
|
2,3
|
0,2
|
2
|
2,2
|
0,2
|
2,2
|
0,4
|
2
|
2,1
|
0,1
|
1,9
|
0,6
|
2
|
2,1
|
0,1
|
2,2
|
0,8
|
2
|
1,9
|
-0,1
|
1,9
|
1,0
|
2
|
1,8
|
-0,2
|
1,8
|
2.
Grafik
Grafik Hubungan Antara Konsentrasi Larutan Sukrosa
Dengan Pertambahan Panjang Potongan
Silinder Bengkoang
- Analisa Data
Berdasarkan
data tabel dan grafik yang telah diperoleh melalui percobaan penentuan
potensial air jaringan tumbuhan maka data tersebut dapat dianalisa sebagai
berikut :
-
Setelah
direndam pada konsentrasi larutan sukrosa 0 M, potongan silindris umbi
bengkoang mengalami
pertambahan panjang sebesar 0,3 cm.
-
Setelah
direndam pada konsentrasi larutan sukrosa 0,2 M, potongan silindris umbi
bengkoang rata-rata mengalami
pertambahan panjang sebesar 0,2 cm.
-
Setelah
direndam pada konsentrasi larutan sukrosa 0,4 M, potongan silindris umbi
bengkoang rata-rata mengalami
pertambahan panjang sebesar 0,1 cm.
-
Setelah
direndam pada konsentrasi larutan sukrosa 0,6 M, potongan silindris umbi
bengkoang rata-rata mengalami
pertambahan panjang sebesar 0,1 cm.
-
Setelah
direndam pada konsentrasi larutan sukrosa 0,8 M, potongan silindris umbi
bengkoang rata-rata mengalami
pertambahan panjang sebesar -0,1 cm.
-
Setelah
direndam pada konsentrasi larutan sukrosa 1 M, potongan silindris umbi bengkoang rata-rata mengalami pertambahan panjang sebesar -0,2 cm.
Dari analisis
data di atas maka dapat diketahui bahwa perubahan panjang potongan silinder umbi
bengkoang yang paling besar
terjadi pada larutan sukrosa dengan konsentrasi 0 M yaitu sebesar 0,3
cm. Konsentrasi yang menyebabkan perubahan panjang (negatif) potongan silinder
bengkoang adalah 1 M. Nilai potensial air yang diperoleh melalui perhitungan
yaitu sebesar -1,19084.
- Pembahasan
Pada percobaan penentuan potensial air jaringan
tumbuhan yang telah dilakukan di Laboratorium Fisiologi Tumbuhan diketahui
bahwa pada larutan sukrosa 0 M terjadi pertambahan panjang potongan silinder bengkoang
yang lebih besar dibanding dengan larutan sukrosa yang lain. Hal ini apabila dibandingkan dengan dengan pertambahan panjang
yang terjadi pada potongan silindris bengkoang pada larutan sukrosa dengan konsentrasi yang lebih pekat
maka akan terjadi kesesuaian dengan teori yang ada, yaitu karena potensial air
pada larutan lebih tinggi daripada potensial di dalam potongan silinder bengkoang sehingga air mengalir masuk dari larutan ke dalam sel bengkoang.
Ketika kita
membandingkan dengan larutan yang konsentrasinya lebih rendah yaitu pada
konsentrasi 0 dan 1 M ternyata didapatkan data analisa yang sesuai dengan kajian teori. Hasil yang di dapat untuk larutan
dengan konsentrasi 0 M atau air murni mengalami pertambahan panjang sebesar 0,3 cm. Pada konsentrasi larutan sukrosa 1 M, potongan silinder bengkoang mengalami pertambahan panjang (negatif) sebesar -0,2.
Pada praktikum yang kami lakukan konsentrasi
sukrosa yang tidak menyebabkan perubahan panjang potongan silinder bengkoang
tidak kami temukan. Secara teori
ketika suatu konsentrasi itu tidak menyebabkan perubahan panjang maka
kemungkinan yang terjadi adalah karena potensial air (PA) di
dalam potongan silinder umbi sama atau seimbang dengan potensial air (PA) yang
dimiliki oleh larutan, sehingga tidak ada aliran yang masuk maupun keluar dari
dan ke dalam sel. Pada percobaan yang kami lakukan di
dapatkan hasil yang sesuai dengan kajian teori karena secara teoritis air murni atau larutan 0 % akan memiliki
potensial air yang lebih tinggi daripada umbi-umbian salah satunya bengkoang.
Kesesuaian data yang didapat dari hasil percobaan mengindikasikan
bahwa prakatikum yang telah dilaksanakan telah berhasil. Hal seperti ini bisa terjadi dalam sebuah percobaan,
kesesuaian data yang kami dapat tentu saja dipengaruhi oleh
berbagai faktor pada saat kami melakukan percobaan di laboratorium, antara lain
:
1.
Memperkecil kemungkinan terjadinya human error yang dapat berupa ketidaktelitian pada saat
melakukan pengukuran panjang. Hal ini dilakukan dengan cara
melakukan kerja tim dengan teman sekelompok. Ketika telah tiba waktunya untuk
mengambil silinder bengkoang di dalam gelas kimia, kami telah menyiapkan
plastik sebagai alas dan penggaris lentur sehingga silinder bengkoang dapat
segera diukur sebelum terjadinya penyusutan akibat penguapan.
2.
Memperkecil terjadinya larutan rendaman yang menguap pada saat percobaan
berlangsung sehingga tidak mempengaruhi konsentrasi larutan. Hal ini dapat dilakukan
dengan cara menutup gelas kimia yang menggunakan plastik kemudian diikat dengan
karet gelang agar tidak terjadi penguapan yang akan berdampak pada perubahan
jumlah konsentrasi larutan sukrosa.
3.
Memperkecil terjadinya penguapan cairan pada potongan silinder
bengkoang, karena terdapat
jeda waktu yang terlalu lama ketika melakukan pemotongan dengan ketika kita
memasukkan potongan bengkoang pada masing-masing gelas kimia dengan berbagai konsentrasi larutan. Kami
menempatan potongan bengkoang
pada 2 cawan petri yang saling ditangkupkan, hal ini kami lakukan untuk
memperkecil terjadinya penguapan sebelum kami memasukan potongan silinder
bengkoang pada gelas kimia yang kami gunakan untuk percobaan.
4.
Adanya
homogen pada jaringan bengkoang yang digunakan. Hal ini sangat
berpengaruh pada hasil percobaan, sehingga kami menggunakan 1 bengkoang yang
besar untuk mendapatkan silinder bengkoang yang baik. Jika menggunakan 2
bengkoang yang berbeda maka akan terjadi ketidakhomogenan jaringan bengkoang
yang mempengaruhi hasil percobaan.
5.
Waktu
yang lama dalam percobaan sehingga memungkinkan terjadinya
kesetimbangan antara larutan dan konsentrasi dalam jaringan
tumbuhan.
- Diskusi
1.
Mengapa
perlu dicari nilai konsentrasi larutan sukrosa yang tidak menyebabkan
pertambahan panjang potongan silinder bengkoang dalam menentukan potensial air
(PA) ?
Jawab :
Karena dalam menentukan PA perlu
diketahui potensial tekanan (PT) dan potensial osmosis (PO). Dalam hal ini
diketahui bahwa PT = 0 karena tidak terjadi pertambahan panjang potongan
silinder bengkoang sehingga PA dapat diketahui sama dengan PO (PA = PO + PT à
PA = PO + 0 à
PA = PO) yang berarti pada larutan sukrosa yang tidak menyebabkan pertambahan
panjang mempunyai PO yang sama dengan PA yang dimiliki oleh silinder bengkoang
sehingga bengkoang tetap semula yaitu tidak terjadi keluar masuknya air kedalam
sel atau sebaliknya.
2.
Mengapa
nilai potensial air sel yang tidak berubah panjangnya sama dengan nilai
potensial osmosis larutan sukrosa yang tidak menyebabkan pertambahan panjang
umbi tersebut ?
Jawab
:
Karena
pada saat tidak ada pertambahan panjang silinder bengkoangkonsentrasi didalam
sel dengan larutan sukrosa adalah sama, sehingga nilai PT =0 karena tidak ada
tekanan balik dari sel, jadi persamaan yang semula PA = PO + PT karena nilai PT = 0 maka menjadi
PA = PO atau nilai potensial air sama dengan nilai potensial osmotik.
BAB V
PENUTUP
A.
Simpulan
Berdasarkan
percobaan yang telah dilakukan, diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
Adapun
simpulan dari percobaan ini adalah :
1. Semakin
tinggi konsentrasi larutan sukrosa, maka panjang silinder bengkoang akan
berkurang. Hal ini dikarenakan potensial air larutan kecil bila dibandingkan
dengan potensial air pada sel bengkoang. Sehingga air dari sel bengkoang akan
berpindah menuju larutan.
2. Konsentrasi
larutan sukrosa yang tidak menyebabkan pertambahan panjang potongan silinder bengkoang tidak dijumpai pada
percobaan yang kami lakukan. Berdasarkan kajian teori, apabila potensial air (PA) di dalam potongan silinder
umbi sama atau seimbang dengan potensial air (PA) yang dimiliki oleh larutan,
maka tidak ada aliran yang masuk maupun keluar dari dan ke dalam sel.
3. Nilai
potensial air (PA) potongan silinder bengkoang
yang diperoleh pada konsentrasi 0 M adalah -1,19084.
DAFTAR
PUSTAKA
Sasmita Mihardja,
Dradjat. 1996. Fisiologi Tumbuhan.
Bandung ITB.
Soerodikosoemo,
Wibisono dkk. 1993. Anatomi dan Fisiologi
Tumbuhan. Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Sri Rahayu, Yuni dkk.
2008. Petunjuk Praktikum Fisiologi
Tumbuhan. Surabaya
Soewardiati. 1991. Biologi Umum. Surabaya : Unipress IKIP
Surabaya.
LAMPIRAN
No.
|
Gambar
|
Keterangan
|
1.
|
Foto
silinder bengkoang yang diletakkan didalam 2 cawan petri yang tertutup
(ditangkupkan), hal ini perlu dilakukan untuk memperkecil terjadinya
penguapan.
|
|
2.
|
Foto
silinder bengkoang yang telah dimasukkan kedalam larutan sukrosa yang berbeda
konsentrasinya. Gelas kimia yang digunakan dalam percobaan ditutup plastik
dan diikat dengan karet gelang untuk memperkecil terjadinya penguapan pada
larutan sukrosa.
|
|
3.
|
Foto
silinder bengkoang diposisikan miring, hal ini perlu dilakukan agar silinder
bengkoang yang dimasukkan kedalam larutan tidak ada yang mengapung atau
melayang, sehingga silinder bengkoang dipastikan dalam keadaan tenggelam
didalam larutan sukrosa.
|
kadangpintar.com | The best online casino
BalasHapuskadangpintar.com. KADANG PENTA. Home to the best 1xbet online casinos for real money, including bwin casino, 제왕카지노 casino, slot games, scratch cards, 온카지노 blackjack,